images by google |
Takdir? Ia kah juru kunci pemberi dan pemberhenti setiap
fungsi hati saat cinta mengalir? Sekuat itukah kehadirannya hingga kini aku
masih menunggu saat ia tiba?
Dari begitu banyak peristiwa, takdir telah ada. Bukankah
saat pertama aku bertemu dengan objek yang kini melebatkan rindu, takdir juga
ikut hadir? Salahkah jika aku masih menunggu keberadaan takdir? Apa takdir
absen untuk mampir dalam perjalanan sampai cerita ini berakhir?
Padanya telah kupercayakan rasa yang sejak awal masih saja
ada. Padanya aku tahu, kelak akan dipertemukan dengan yang benar-benar sudah
menungguku. Tapi kini, giliran aku yang sedang menunggunya datang, tapi bukan
ke arah sini. Datanglah menuju kepada ia yang aku cinta, lalu sama-ratakan rasa
yang kami punya.
Ketika takdir telah menuntun, tak ada kuasa kita untuk
mencegah rasa itu datang berkunjung. Hati berdo’a, semoga ia tak jatuh
sendirian. Semoga milikmu pun terjatuh bersamaan. Kemudian saat ini, kuharap
sebenarnya kita tengah saling menunggu kesempatan. Sebab ada debar yang tak
mampu kujelaskan, namun cukup sanggup membangkitkan rindu tak berkesudahan.
Mungkin kamu tak akan pernah mengetahui, betapa sebuah hati
sedang dikelabui perasaannya sendiri. Mungkin kamu juga tak akan pernah
menyadari, betapa sebuah hati sedang berjuang melawan logika, agar denganmu ia
bisa bersama. Menumbuhkan debar di dadaku itu terlalu mudah, yang sulit adalah
menebak dengan benar ke mana langkahmu itu terarah. Apakah kepadaku? Ataukah
kepada yang bukan aku?
Senyummu itu kunci jawabnya, namun tak pernah kamu menatap
sepasang mataku yang bertanya-tanya.
Bagaimanakah mengambil hati sang takdir agar nama kitalah
yang dipasangkan sebagai dua yang nantinya takkan terpisahkan?
Jika saja waktu bisa membantu mempercepat gerakmu untuk
menuju ke tempatku, mungkin ini akan menjadi kerja sama termanis yang pernah
ada. Memang perlu ada beberapa kerjasama untuk menyatukan kita selain lewat
doa. Setidaknya aku ingin meminta agar ketika gelas berisikan nama-nama yang
nantinya terkocok akan keluar sebuah kita. Lalu dengan sendirinya rinduku akan
mencolek pipimu dan menyadarkanmu bahwa ia perlu teman. Membayangkan beberapa
hal tentang kita yang masih berbungkus sebuah pinta dalam plastik sederhana
sangatlah menenangkan jiwa. Aku bahagia, bahkan sebelum saat itu tiba.
Pada hari-hari yang juga sudah kulewatkan, ada harapan tentang kesamaan perasaan. Di waktu-waktu yang diisi kesunyian, ada keinginan agar kita bisa bersama menjalani keseharian. Bertemankan rindu tak juga membuatku akrab dengan waktu. Menunggu bukanlah kemampuan atau juga kemauanku. Tapi entahlah aku selalu memberikan pengecualian untuk segala yang tentang kamu.
Tak pernah terpikir olehku, bagaimana bisa sebuah kejadian
biasa kelak akan membuatku luar biasa menginginkanmu? Dari situ, kukira cinta
adalah sebuah permainan antara dua takdir yang berpapasan. Mereka beradu debar
di lapang dada masing-masing. Namun anehnya, siapapun yang paling pintar
menjaga debar dengan sabar, tetap akan pulang membawa hadiah penasaran.
Andai mempertemukan dua hati dalam cinta semudah
cerita-cerita bahagia, tak mungkin kiranya aku cemas akan luka yang bisa datang
kapan saja. Namun kita hanyalah sepasang yang mudah terbawa takdir, sulit bagi
hati kita untuk saling menafsir.
Hati begitu mudah dibawa naik turun pergi dengan berbagai
presepsi dan prediksi. Siapa lagi jika bukan kamu sebagai dalam dibalik setiap
pengecualian dan pengendalian hatiku?
Aku tak bisa menyalahkan sesiapa, bahkan takdir pun telah diberikan pembebasan dari suatu kesalahan oleh Tuhan. Aku hanya salah satu dari milyaran manusia yang menaruh percaya pada cinta diatas segala ketidakpastian yang ada. Buatku, hati akan selalu berperkara asalkan masih ada segenggam percaya.
Jika suatu saat, kamu terpanggil oleh takdir, kuharap cinta
juga sudah bersamamu ikut mengalir. Lalu terlahir lah sepasang kembaran
perasaan. Namun jika memang aku masih harus menunggu, semoga lama tidak perlu
menjadi sebuah penghalang bagiku.
Semoga angin akan mengarahkanmu menjadi sedekat yang aku
ingin. Semoga takdir akan membawamu kepadaku seperti yang aku mau. Tentang
harap yang tak mengenal kata lenyap, mudah-mudahan akan ada saatnya untuk kita
menyatukan perasaan.
Kuharap senyuman yang aku miliki mampu memberikan getaran
yang sama seperti yang kamu punya. Kuharap kehadiranku dapat menjadi sesuatu
yang juga sedang kamu tunggu-tunggu. Kuharap permintaanku tidaklah begitu
keterlaluan untuk bisa Tuhan kabulkan.
Dari balik sekat kaca pemisah takdir kita, aku memanggilmu mendekat. Berharap, berdoa, berupaya, agar cintaku sampai dengan selamat, di alamat yang tepat; hatimu. Semoga kiranya Tuhan bersedia memberi kata ‘iya’, agar tumpukan rindu serta penantian-penantianku, tak akan sia-sia.