Tampilkan postingan dengan label Renungan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Renungan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 09 September 2018

Tarbiyatul Aulad dari Luqman Al hakim

image search by google


Pendidikan Ibadah dan Adab untuk Anak Islami

Allah SWT telah memberikan hikmah kepada Luqman Al Hakim. Hikmah itu adalah benarnya ilmu dan amal. Beliau adalah sosok pendidik yang sukses dalam mendidik anak-anaknya dalam menanamkan tauhid.

Ditengah maraknya ilmu-ilmu Parenting yang berkembang saat ini. Seharusnya kita tidak lupa belajar bagaimana parenting (pola asuh) Luqman dalam mendidik anak-anaknya. Metode Luqman ini merupakan pola asuh terbaik sehingga Allah SWT abadikan dalam Al Qur’an surat Luqman.

Surat Luqman identik dengan tarbiyatul aulad, dimana ayat-ayatnya memuat uslub yang mangagumkan dalam pendidikan anak yang didasarkan kepada manhaj Allah SWT. Ia merupakan tarbiyah yang komprehensif yang dibutuhkan anak-anak baik di dunia maupun akhirat. Tarbiyah itu mencakup pokok-pokok bahasan sebagai berikut.

Pertama, Penanaman Tauhid dan Larangan berbuat syirik kepada Allah SWT.

Pokok bahasan itu terdapat kita lihat dengan jelas dalam surat ini semuanya. Karena yang pertama kali wajib kita tumbuhkan pada anak-anak kita dalah tentang tauhidullah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.

Lalu bagaimana caranya kita menanamkan makna itu pada jiwa anak-anak kita? Hendaknya kita perlihatkan kepada mereka kerajaan (kekuasaan) Allah yang ada di alam semesta ini.
Kita ajak mereka berjalan-jalan untuk melihat berbagai pemandangan alam. Ini agar mereka mengetahui kekuasaan Allah dalam segala ciptaaan-Nya, dan mereka mengenal keagungan sang khaliq, Allah Swt atas semua makhluknya.

Perhatikan bagaimana cara Luqman mendidik puteranya. Allah Swt berfirman :

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar.” (Qs. Luqman : 13)

Ia memulai dengan pelajaran teori tentang larangan keras mengenai syirik, setelah itu mulai dengan pelajaran aplikasi amal. 

Allah Swt berfirman :
“(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (Qs. Luqman : 16).

Ayat agung ini memberikan perumpamaan yang bisa dipahami anak-anak. Ia juga mengandung makna yang amat besar dan sejalan dengan orang tua, yang menjadikan mereka bisa merasakan kekuasaan, pengawasan dan ilmu Allah SWT.

Kedua, Berbuat baik kepada kedua orang tua (birrul walidain)

Ia mengenalkan kepada anak-anak tentang keutamaan orang tua atas mereka. Dengan demikian, mereka mengenal makna syukur baik kepada Allah maupun kepada kedua orang tua. Allah Swt berfirman.

“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepadakulah kembalimu.” (Luqman : 14)

Ayat ini memerintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua dan untuk tidak berbuat syirik. Al Qur’an mengajarkan kepada kita, bahwa kedua perkara itu tidak semestinya bertentangan satu sama lain. 

Allah Swt berfirman :
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya.” (Qs. Luqman : 15)

Berikutnya disebutkan kaidah yang penting tentang keseimbangan diantara berbuat baik kepada orang tua (birrul walidain) dengan meninggalkan syirik. Allah Swt berfirman :

“Dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutlah jalan orang yang kembali kepadaku, kemudian hanya kepadakulah kembalimu, maka kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan: (Luqman : 15).

Surat Luqman telah memberikan arahan-arahan dalam mendidik anak. Luqman merupakan sosok pendidik yang tenang, cakap memberikan nasehat-nasehatnya. Ia mengatakan “Ya Bunaiya” Wahai Anakku!.

Surat ini memberikan arahan kepada orang tua temanilah anak-anakmu dan perilakukanlah mereka dengan penuh rasa cinta sebelum kalian memberikan mereka nasehat. Bicaralah dengan mereka dari hati, pengalaman, dan kesalahan-kesalahan dalam hidup.

Perlakukanlah mereka dengan penuh keakraban dalam menasehati mereka, sebelum menggunakan kata perintah dan larangan dengan keras. Surat ini benar-benar merupakan manhaj tarbiyah yang paling utama yang terdapat dalam Al Qur’an. Baca makalah sebelumnya (Belajar Tauhid dan Aplikasinya dari Luqman Al Hakim)

Pokok-pokok pola asuh yang diajarkan luqman adalah sebagai berikut.

Ketiga, Urgensi (Ahammiyyah) ibadah dan berbuat kebajikan dalam hidup

Allah Swt berfirman :

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar” (Qs. Luqman : 17)

Tarbiyah itu tidak berarti kita cukup memberikan kepada anak-anak kita persedian makanan, minuman, tempat tinggal, pakaian dan obat-obatan semata, mengingat itu semua termasuk perlengkapan rumah. Namun, Tarbiyah adalah bagaimana menumbuhkembangkan anak-anak kita menjadi hamba Allah SWT
Dan tarbiyah tidak hanya terbatas pada pendidikan shalat pada anak-anak seperti diyakini oleh mayoritas orang tua. Kita juga berkewajiban untuk menanamkan pada jiwa-jiwa mereka kebajikan terhadap masyarakat dan saudara-saudara mereka.

Dengan demikian, mereka akan selalu menyuruh berbuat kebaikan (Amar makruf) dan melarang dari perbuatan munkar (nahi munkar), serta menjadikan orang-orang yang mendapat hidayah Allah Swt.

Keempat, Mengenalkan hakekat dunia

Ada beberapa orang tua yang (sengaja) mendidik anak-anak mereka dengan hidup mewah (hura-hura), foya-foya, dan selalu bergantung kepada kekayaan orang tua. Sebagian orang tua mengira bahwa mereka dapat menjamin kebutuhan hidup anak-anak mereka selama di dunia.

Padahal seharusnya dilakukan oleh mereka adalah mengenalkan kepada anak-anak mereka tentang hakekat dunia berikut teka-tekinya yang berubah-ubah. Sesungguhnya dunia ini tidak akan selamanya bersama orang tua mereka. Seharunya mereka menyandarkan diri kepada diri sendiri, bukan kepada orang tua.

Berkenaan dengan hal itu, luqman pernah berpesan kepada anaknya, sebagaiman disebutkan pada ayat 17.

“Dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesunggunya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (Qs. Luqman : 17)

Lebih khusus lagi, apabila sang anak dibesarkan dalam lingkungan yang baik seperti yang disinggung dalam ayat awal ayat 17.

“Suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar.” (Qs. Luqman : 17)

Anak-anak harus banyak mendapatkan arahan berupa kesabaran karena sesungguhnya jalan yang ditempuh dalam berbuat kebajikan dan dakwah di jalan Allah tidak akan terlepas dari masalah-masalah dan kesulitan-kesulitan.

Kelima, Menanamkan etika (Adab) dan perasaan

Allah Swt berfirman :

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (Qs. Luqman : 18 – 19)

Ayat diatas berisi arahan agar bergaul dengan manusia dengan penuh etika (adab) dan perasaan (kelembutan). Bahkan lebih spesifik dalam soal berjalan dan berbicara. Janganlah seseorang mengangkat (memalingkan) mukanya dari manusia karena sombong. Janganlah ia berjalan dengan penuh rasa angkuh, namun hendaknya ia berlaku sederhana dalam hal itu. “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan”. Dan janganlah ia meninggikan suaranya di hadapan orang yang mendengar lawan bicaranya.

Keenam, Membatasi tujuan hidup dan merencanakan masa depan

Diantara keagungan surat ini adalah  bahwa ia juga mencakup makna pendidikan untuk menentukan tujuan hidup dan masa depan. “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan”. Ayat ini bisa jadi merupakan pelengkap bagi rangkaian perasaan dan akhlak (budi pekerti) yang menjadi pembicaraan surat ini.

Maknanya berarti, hendaknya anda berjalan di muka bumi dengan penuh kesederhanaan, tidak angkuh, atau tidak sombong. Makna lainnya adalah hendaknya anda membuat maksud dan tujuan setiap langkah yang anda lakukan. Janganlah anda hidup di dunia secara berlebihan, tanpa memiliki tujuan yang jelas.



Refernsi:
 - Katsir, Ibnu. al-Bidayah wan Nihayah
- "Menyelami Nasihat Lukman Al-Hakim", Hidayah, volume 8, edisi 87, November 2008,
 hlm. 162-165.

Kamis, 06 September 2018

Menimbang Dan Memaknai #2019GantiPresiden

image search by google
Entah sudah berapa ribu kaos dengan tulisan #2019 Ganti Presiden terjual. Media sosial ramai dengan foto-foto pemakainya dengan beragam pose. Ada gelora perlawanan di wajah para pemakainya. Mereka sudah tak sabar menginginkan perubahan.
Bagaimana tidak. Data hutang luar negeri kian mengkhawatirkan. Harga-harga makin melambung. Rupiah keok di hadapan Dolar AS. Iklim usaha terpuruk. Pengangguran bertambah. Tapi pekerja asing berkeliaran di dalam negeri.

Banyak aparat yang sepertinya tidak kompeten dengan jabatannya. Dan seluruh kekecewaan publik itu hanya terpuaskan jika #2019 Ganti Presiden. Kalimat yang memantik gelora dan gairah. Dan harga mati.

Kalangan muslim yang selama ini kontra terhadap rezim Kerja cenderung merapat kepada tagar tersebut. Bukan lagi mayoritas, tapi seluruhnya. Sambil menyisipkan harapan semoga presiden pengganti lebih berpihak kepada Islam. Sebuah harapan mulia yang sudah sepatutnya tersimpan di dada setiap muslim yang cinta agamanya.

Mazhab #2019 Ganti Presiden

Penganut #2019 Ganti Presiden sangat beragam. Multi aliran. Mulai dari latar belakang masalah yang sangat sederhana hingga faktor ideologi yang paling puritan (menganggap kemewahan dan kesenangan sebagai dosa). Semuanya mendapat saluran dengan tagar sama. Sekurangnya, dengan ganti presiden ada secercah harapan yang lebih baik. Meski masih menyimpan tanda tanya juga.
Latar belakang masalah sederhana misalnya masyarakat yang merasakan kesempitan ekonomi gara-gara harga makin melambung. Atau kesulitan mendapat pekerjaan. Atau merasakan iklim bisnis yang tidak kondusif.

Mereka semua mendukung #2019 Ganti Presiden semata karena kecewa masalah ekonomi, sesuatu yang bisa dianggap sederhana karena tidak terkait dengan kebencian ideologis kepada sang presiden. Hanya masalah perut.

Latar belakang yang lebih serius adalah mereka yang benci dengan ideologi sang presiden. Bagi kalangan ini, presiden yang berasal dari PDIP mengindikasikan ideologi merah. Pro komunis. Apalagi dikaitkan dengan isu banjir pekerja China yang menyerobot pekerjaan kasar yang seharusnya bisa dilakukan oleh pekerja lokal.

Isu makin liar dengan dikaitkan asumsi invasi China yang terbukti sangat agresif di beberapa negera lain. Maka #2019 Ganti Presiden adalah solusi harga mati. Pokoknya bukan merah.

Latar belakang lebih serius lagi adalah mereka yang benci dengan ideologi sang presiden, dan keinginannya diganti dengan yang pro Islam. Kalangan ini lebih ideologis. Bukan sekedar ganti presiden, tapi sudah pasang harga penggantinya harus lebih pro kepada Islam. Bahkan kalau bisa sang pengganti dari kalangan aktivis Islam. Karenanya, selain mengusung #2019 Ganti Presiden, mereka juga aktif mengampanyekan sosok baru seperti Ahmad Heryawan, gubernur Jabar dua periode dan Tuan Guru Bajang (TGB), gubernur NTB.

Mazhab #Ganti Sistem

Mazhab ini diusung oleh para pendukung eks HTI dan para Islamis anti sekuler lain seperti. Mereka dipersatukan oleh penolakan terhadap sistem Demokrasi. Bagi mereka, ganti presiden masih merupakan solusi setengah hati.

Sebab akar masalahnya adalah sistem sekuler, yang menegaskan peran agama dalam percaturan politik dan hukum. Ketika sistemnya rusak, maka akan melahirkan para pemimpin yang rusak. Mengganti presiden dengan demikian hanya mengganti orang rusak dengan orang lain yang juga rusak. Atau setidaknya, beda-beda tipis.

Salah seorang tokoh pengusung mazhab ini, Felix Siauw, menulis: Tidak hanya orang yang salah, sistem pun bisa salah. Hanya saja kesalahan orang itu pribadi, sedangkan kesalahan sistem memproduksi orang salah secara masal. #Ganti Sistemnya Dengan Islam.

Momentum pilpres selalu menjadi kesempatan terbaik untuk menjajakan pandangan ini. Ketika awarenes masyarakat tentang fungsi presiden dan segala perangkatnya sedang naik. Saat itu edukasi tentang pentingnya sistem Islam menggantikan sistem sekuler mendapat kesempatan. Dan para aktifis eks HTI serius menggunakan momentum ini dengan baik.

image search by google

Menimbang Mazhab Pertama dan Kedua

Jika ditimbang dengan kacamata sunnatullah, maka kedua mazhab tersebut masih mengandung masalah. Mazhab pertama menghadapi masalah siapa sosok calon pengganti presiden. Apakah bakal lebih baik dibanding sebelumnya? Siapa yang bisa memberi garansi bahwa presiden baru akan lebih baik ?

Kelemahan utama mazhab pertama, masalah yang begitu kompleks diberi solusi hanya bertumpu pada sosok manusianya. Padahal manusia makhluk lemah, ia akan mudah terbawa oleh situasi dan kondisi. Berhadapan dengan taipan (konglomerat), ia dengan mudah kalah. Berhadapan dengan kekuatan senjata, ia gampang menyerah. Bahkan kekuatan loby tanpa uang dan senjata juga bisa menjebaknya. Misalnya honey trap, dijebak dengan wanita cantik. Semua idealisme tiba-tiba bisa rontok jika sudah terjebak dengan honey trap.

Maka secara realistis, mazhab ini adalah solusi jangka pendek, dan belum tentu benar-benar solusi. Masih gambling. Bisa ya, bisa tidak. Sangat tergantung sosok baru sebagai pengganti.
Sementara mazhab kedua sudah lebih baik. Ingin mengganti orang dan sistemnya sekaligus. Harapannya, dengan sistemnya ganti maka siapa pun sang pengganti akan terkawal oleh sistem. Ia dipaksa oleh sistem untuk lebih baik. Dan sistem pengganti yang dimaksud adalah sistem Islam. 

Ketika seluruh elemen masyarakat sepakat mengganti sistem, maka dengan sendirinya akan menjadi penyaring untuk menghasilkan sosok pemimpin yang diharapkan. Jika saringannya longgar, output yang dihasilkan juga kualitas rendah. Tapi bila saringannya ketat, dan itu hanya ada dalam Islam, maka akan menghasilkan sosok ideal.

Perlu Mazhab Ketiga

Ada mazhab ketiga yang menarik dibincangkan. Sayangnya belum ada yang mengusung mazhab ini. Yaitu mazhab, yang lumpuhkan biang kekafiran untuk mendirikan sistem Islam. Mazhab yang berangkat dari sunnatullah kemenangan Islam.

Ketika seluruh masyarakat sepakat mengganti sistem Demokrasi dan memproklamasikan sistem Islam, secara sunnatullah sistem itu tidak otomatis akan berdiri. Sebab akan diuji oleh kekuatan kafir yang mengelilinginya. Mereka tak akan tinggal diam menyaksikan proklamasi itu.

Mereka akan segera merespon dengan mengerahkan segenap kekuatan tempur dan embargo ekonomi dalam rangka memaksa masyarakat Indonesia untuk kembali ke pangkuan sistem Demokrasi. Memaksa agar mencabut kembali proklamasinya.

Maknanya, ganti sistem itu di atas kertas adalah solusi ideal. Tapi solusi tersebut hanya melihat masalah dengan kacamata lokal, belum mempertimbangkan aspek global. Dunia hari ini adalah dunia yang sempit dengan penguasa tunggal yaitu AS dan seluruh jaringan bonekanya. Secara sunnatullah tak mungkin sistem berubah hanya dengan proklamasi internal.

Namun, sistem hanya berubah jika setelah proklamasi mampu menghadapi lawan eksternal dan bisa menjinakkannya. Barulah sesudah itu, proklamasi punya pijakan kuat di muka bumi, karena sudah tidak ada angin yang akan menggoyahkannya.

Mazhab ketiga merupakan mazhab yang paling sesuai dengan sunnatullah kemenangan Islam. Rasulullah Saw baru bisa menegakkan sistem Islam di Madinah setelah berhasil melumpuhkan kekuatan kafir Quraisy yang berpusat di Mekah dan koalisinya di seluruh jazirah Arab.
Sebuah mazhab terjal yang hanya dipercaya oleh orang-orang yang mengerti sunnatullah dan yakin dengan pertolongan Allah Ta’ala. Mazhab yang rasanya mustahil diwujudkan, tapi petunjuk arahnya jelas karena banyak diterangkan dalam Al-Qur’an dan sejarah Nabi Saw.

Problemnya hanya perlu kemauan, keberanian dan keyakinan untuk mewujudkannya, dengan izin Allah Ta’ala. Sementara mazhab pertama tampak mudah tapi tak jelas arah. Dan mazhab kedua, sudah cukub bagus hanya belum berpijak pada rel sunnatullah dan aspek global.
 Wallahu Ta’ala ‘Alam.

Minggu, 04 Maret 2018

Takjub

image search by google

Maka jangan lupa memohon pada Alloh SWT,hati yang selalu merasa cukup dengan rezeki yang halal.Sesederhana dan setidak keren apapun bentuknya,agar kita tak mudah takjub dan tergiur pada yang megah-megah,padahal sebenarnya ia syubhat,apalagi haram. Sebab yang meragukan itu melalaikan,yang haram itu menyengsarakan.
Biarlah yang halal itu remeh dimata orang lain,asal kita berbahagia menikmatinya. Biarlah yang halal itu tidak enak di lidah orang lain,asal menegakan punggung kita untuk ibadah. Biarlah yang halal itu tak istimewa dimata orang lain,asal memilikinya menjadi penentram jiwa. Biarlah yang halal itu membuat kita menjadi bukan siapa-siapa dimata manusia asal kita selalu ingat siapa diri kita di hadapan_Nya. Biarlah yang halal itu kecil dimata orang lain,asal besar berkahnya di sisi Rabb kita.
Semoga kita tidak termasuk barisan manusia yg mudah takjub dengan perbendaharaan dunia yang menyilaukan mata. Karena manusia seringkali terjebak dalam ukuran-ukuran kebahagiaan dan kekerenan yang rumit serta memusingkan.
Dunia ini ibarat ruang ujian,tentu banyak pahit getirnya,pasti ada letih dan jerihnya.Tapi semoga,lembaran-lembaran ujian kita dicukupkan di dunai saja,biar akhirat benar-benar menjadi tempat kita berisitirahat.

Kamis, 31 Agustus 2017

Bukannya Sudah Bosan, Kami Kadang Memang Butuh Waktu Buat Sendiri. Cewek Tolong Mengerti

Pada dasarnya, baik cowok maupun cewek butuh waktu khusus untuk dirinya sendiri. Apapun alasannya, mereka perlu untuk diberi kebebasan tanpa terikat dengan orang lain. Berbeda dengan cewek, cowok punya kecenderungan yang lebih besar untuk bisa ‘lepas’ dari keterikatan dengan seseorang, terutama pasangan. Nah lho, nyengir ‘kan?

Sayangnya, seringkali si cewek langsung panik ketika cowoknya secara tiba-tiba menarik diri dan menjauh. Alasannya bisa bermacam-macam, mulai dari keluarga, pekerjaan atau karena sudah mendapatkan “apa yang diinginkannya”. Sampai di titik ini, kisah cinta yang begitu indah akan seketika berubah.


Banyak pertanyaan yang muncul atas karakter cowok yang satu ini. Kenapa sih cowok tiba-tiba menarik diri? Kenapa sih cowok justru menjauh di saat yang nggak tepat? Nah, ini dia alasan kuat yang bikin “me time” seorang cowok nggak bisa diganggu gugat.

image search by google
  • Ketika terlalu mesra dan kehilangan jati diri, ini waktunya cowok untuk menyendiri. 
  • Seiring dengan berjalannya waktu, di saat kemesraan cowok dengan pasangannya mencapai puncaknya, secara tiba-tiba cowok akan merasa kehilangan jati dirinya. Hal ini dirasakan cowok seperti ada yang mengganjal dalam hatinya yang bahkan dia sendiri nggak tahu penyebabnya. Di saat itulah cowok perlu untuk menyendiri, mencari jawaban atas kegundahan hati.
  • Ini adalah siklus cinta cowok, maju-mundur dengan kekuatan penuh.

  • Ketika seorang cowok jatuh cinta, maka dia akan berusaha mendapatkan dambaan hatinya. Dia menelepon, memberi hadiah, memperhatikan, dan mengajak kencan. Ketika si cewek menerima cintanya, si cowok pelan-pelan menarik dirinya untuk memuaskan kebutuhannya akan kebebasan.

Dalam hubungan cinta, cowok diibaratkan dengan karet gelang. Molor dan mengerut kembali pada waktunya. Molor sampai batas maksimal, kemudian mengerut kembali dengan kekuatan maksimal pula. Siklus ini meliputi mendekat, menarik diri, lalu mendekat lagi. Atau maju, mundur, maju, mundur, maju, mundur seumur hidup mereka
Setelah puas memisahkan diri, secara tiba-tiba dia merasakan kebutuhan akan cinta dan kehangatan. Saat cowok mendekat kembali, dia akan melanjutkan hubungan pada tingkat kehangatan yang sama dengan saat dia menarik diri. Si cowok nggak merasa perlu mengulangi hubungan dari awal lagi. Ajaib, bukan?

Cowok adalah makhluk yang aktif, dia nggak bisa hidup dengan cewek yang terlalu posesif.

Cowok diciptakan sebagai makhluk yang aktif. Dia nggak bisa melakukan hal-hal yang monoton secara terus menerus, apalagi harus selalu bersama ceweknya. Cowok perlu diberi kebebasan untuk melakukan aktivitasnya sebagai cowok. Dia butuh waktu untuk bermain game, nonton bola, menggeluti hobi atau sekedar nongkrong dengan teman-teman cowoknya.

Percaya atau nggak, otak pria kurang aktif jika berada di sekitar pasangannya

Jika hal-hal ini nggak bisa terpenuhi, maka si cowok akan berontak dan justru membuat hubungannya dengan pasangan menjadi kritis, duh!

Jangan heran kalau cowok tiba-tiba hilang ditelan bumi, itu tandanya dia sudah bosan dan frustrasi

Menurut Allan & Barbara Pease, pakar perkawinan sekaligus penulis buku Why Men Don t Listen & Women Can t Read Maps, ego cewek untuk selalu disayang, dimanja, dan menjadi prioritas, membuatnya nggak rela saat pasangannya melakukan kegiatan lain tanpa menyertakan dirinya. Anggapan ini berbeda jauh dengan karakter pria yang secara periodik membutuhkan sejenis pelarian untuk menyendiri.

Ketika merasa bosan atau dilanda masalah yang berujung frustrasi, cowok akan menghilang seketika. Dia merasa dia harus menyelesaikan masalahnya sendiri yang nggak bisa dibagi dengan orang lain, termasuk pasangannya sekalipun, nggak peduli seberapa besar cintanya pada pasangannya.

Menarik diri menjadi naluri alamiah yang dimiliki cowok yang nggak bisa dihindari. Sama seperti orang lapar, cowok nggak bisa meminta rasa lapar, melainkan muncul sendiri tanpa dia mengerti. Bukan berarti cowok yang menarik diri itu selingkuh. Jadi, masih insecure dan mau neror cowok yang lagi butuh sendiri?



Selasa, 22 November 2016

Mulia Dan Mempesona Dengan Ahlak Islam

ilustrasi gambar by google

Dunia tiada artinya kecuali agama, dan tidak ada agama kecuali dengan akhlak yang mulia( Jami’ul ‘Ulum wal Hikam : 399)


Empat belas abad telah berlalu, ada seorang wanita Yahudi, cantik, cerdas, dan populer. Di balik keteduhan wajahnya, tersimpan dendam membuncah pada sosok lelaki tampan. Suami dan orang- orang yang dicintainya telah pergi meninggalkannya. Shofiyyah binti Huyai begitu bencinya pada manusia termulia di dunia, Rasulullah shalallaahu’alaihi wa sallam (Disebutkan dalam HR. Ibnu Hibban, dihasankan oleh Al-Albani).

Namun percayakah anda hanya dalam waktu singkat, sebuah kebencian menjelma menjadi benar-benar cinta. Apa rahasianya? Itulah kekuatan hebat akhlak Rasulullah shalallaahu’alaihi wa sallam yang telah mempesona Shofiyah hingga mengantarkannya pada hidayah Islam, sangat singkron dengan ungkapan hadits,

أَحْبِبْ حَبِيْبَكَ هَوْناً مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ بَغِيْضَكَ يَوْماً مَا، وَأَبْغِضْ بَغِيْضَكَ هَوْناً مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ حَبِيْبَكَ يَوْمًا مَا

Artinya, “Cintailah kekasihmu sewajarnya, karena suatu hari nanti dia bisa menjadi orang yang kamu benci. Dan bencilah musuhmu sewajarnya, karena suatu hari nanti ia bisa menjadi sosok yang paling kamu cintai”. (HR. At-Tirmidzi, dishahihkan Syaikh Al-Albani).

Rasulullah shalallaahu’alaihi wa sallam senantiasa memuliakan orang lain, meski orang tersebut sama sekali bersikap arogan, tidak simpatik bahkan memusuhi beliau. Namun beliau senantiasa berbuat baik hingga mereka terpesona akan keluhuran dan kelembutannya sehingga mereka masuk Islam.

Islam yang ditampilkan generasi awal telah berhasil membuat takjub penuh keheranan, sehingga berbondong-bondong mereka menyongsong cahaya Iman. Itulah fenomena Islam ketika kaum muslimin masih berpegang teguh dan mengamalkan Islam secara murni. Akhlak mulia ini  mampu membuat Islam berabad-abad menguasai dunia.

Umar bin Abdul Aziz, adalah salah satu contoh nyata betapa ia tawadhu’ dan mampu menjadi role mode bagi umatnya dalam kebaikan dan taqwa. Begitu pula kisah menarik putri Sa’id bin Musayib, yang ia bangga menikahkan anaknya dengan lelaki duda dan miskin, namun memiliki kemuliaan ilmu dan akhlak.

Suatu ketika seseorang berbuat kasar dan mencaci maki Imam Abu Hanifah. Beliau tidak membalas dengan sepatah katapun padanya. Ia pulang ke rumah dan mengumpulkan beberapa hadiah, lalu pergi mengunjungi orang tersebut. Kemudian Imam Abu Hanifah memberikan hadiah-hadiah itu kepadanya seraya berkata, “ Kamu telah berbuat untukku hal sangat aku sukai, yaitu membuat pindahnya catatan perbuatan baikmu menjadi catatan perbuatan baikku dengan cara berlaku kasar seperti tadi kepadaku”.

Ada pula kisah inspiratif di abad ini yaitu seorang wanita yang sangat dibenci tetangganya. Dia tidak ramah dan sering menyakiti hatinya. Tetapi wanita itu tetap berbuat baik kepada tetangganya. Dia berusaha terus merebut hatinya, akhirnya dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla wanita itu mampu membuat pesona di hati tetangganya dan mereka berdua akhirnya menjadi akrab dan bersahabat.

Mutiara Akhlak Nabawi
Akhlak mulia adalah salah satu sifat-sifat para nabi, rasul, para shadiqin dan orang-orang shalih. Semua akhlak terpuji dan adab yang indah terhimpun, dalam diri beliau.

Allah Ta’ala berfirman,

وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ

 “ Sesungguhnya kamu berada di atas akhlak yang mulia”. (Q.S. Al-Qolam: 4).

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– pernah ditanya  tentang hal apakah yang paling banyak memasukkan seseorang ke surga? Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda (artinya): “Ketaqwaan kepada Allah dan akhlaq yang baik.” (HR. At-Tirmidzi dan yang lainnya, di hasankan oleh Syaikh Al-Albani)

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

إِنَّمَابُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad, Al-Hakim dan yang lainnya. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani).

“ Sesungguhnya seseorang itu dengan kemuliaan akhlaknya akan dapat mencapai tingkatan yang berpuasa dan mengerjakan shalat malam”. ( HR. Abu Dawud dan Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh Al-Abani ).

 Ali bin Abi Thalib berkata : “Kebagusan akhlak seseorang tercermin dalam tiga perangai : menjauhi yang haram, mencari yang halal , dan bersikap lapang terhadap keluarga. ( Al Ihya : 3/57).

Sebuah Fenomena Tragis
Tak jauh dari kota Jakarta, suatu ketika mengadakan pemilihan ketua RT. Saat itu ada 2 calon seorang muslim dan satunya non Islam. Hasil akhirnya sungguh mengejutkan, ternyata yang menang adalah sosok yang non muslim, padahal mayoritas penduduknya Islam. Dari berbagai aspek sosok non muslim itu memilki pesona yang hebat, ia bisa menjadi magnet, figurnya baik hati, suka menolong ramah sangat peduli pada orang lain dan berbagai kelebihan- kelebihan lainnya hingga pamornya melejit.

Gencarnya propaganda dan aksi para missionaris, orientalis dan gerakan kristenisasi tak terlepas dari bertanam budi. Mereka sepintas terlihat care, powerfull, dan begitu antusias dalam memperlihatkan perbuatan baiknya, dalam upaya menarik simpati dan tabur pesona. Tetapi semua itu tak lebih dari musang berbulu domba, hanya kamuflase, mengecoh dan akhirnya berujung pada kemurtadan. Mereka yang jelas-jelas menyimpang dari kebenaran saja berupaya tampil beda agar terlihat wow, terlihat indah, menakjubkan di mata manusia, apalagi seorang mukmin yang selalu menempuh shirathal mustaqim tentunya harus bisa tampil mempesona dengan akhlak Islam. Karena menyempurnakan akhlak mulia adalah bagian penting dari diutusnya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.

Murojaah: Ustadz Sa’id Abu Ukasyah, Isruwanti Ummu Nashifah




 

Minggu, 20 November 2016

Titik Temu Perbedaan Pendapat Tentang Aurat Wanita yang Harus Ditutupi


Para ulama dari empat mazhab dan ulama lainnya sepakat bahwa menutup wajah bagi wanita muda merdeka ketika takut terjadinya fitnah hukumnya wajib

 Allah telah menetapkan aturan dalam ibadah dan hukum fikih. Allah telah menetapkan berbagai aturan dengan alasan dan ukuran yang berbeda-beda, bahkan dalam satu jenis ibadah saja seperti misalnya shalat, zakat, dan haji. Ketiganya memiliki hal yang wajib dan sunnah untuk dikerjakan. Di antara hal yang dikerjakan tersebut ada yang disepakati oleh para ulama dan ada yang diperselisihkan.

Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai hijab dan kewajiban wanita menutup aurat dengan pakaiannya, kami akan menjelaskan hal-hal yang disepakati oleh para ulama dalam hukum hijab dan pakaian wanita. Sehingga tidak seorang pun masuk ranah khilaf tanpa menghormati ijma’. Kami mendahulukan perkara qath’i (pasti) ketimbang perkara yang zhanni (dugaan). Oleh karena itu, kami mengajak pembaca untuk mengetahui letak perselisihan dalam masalah pakaian wanita dan hijabnya di hadapan lelaki yang bukan mahram. Kami katakan:

Para ulama sepakat bahwa hijab wanita dalam pengertian umum merupakan syariat dan pedoman yang sifatnya baku, qath’i, dan mutawatir dalam Al Qur’an dan As-Sunnah. Barangsiapa yang mengingkari aturan syariat dalam pakaian dan hijab wanita serta berkata, “Sungguh aturan berpakaian hanyalah budaya sehingga wanita bisa membuka dan menutup badan semaunya,” dia telah mengingkari perkara qath’i yang wajib diketahui oleh setiap muslim, seperti shalat, zakat dan haji.
Para ulama dari empat mazhab dan ulama lainnya sepakat bahwa menutup wajah bagi wanita muda merdeka ketika takut terjadinya fitnah hukumnya wajib. Khususnya di hadapan orang-orang yang berpotensi melepaskan pandangan liar kepada mereka. Hal ini tidak bisa dicegah kecuali dengan menutup wajahnya. Sekelompok ulama bersepakat akan hal ini, seperti Ibnu Raslan, Juwaini, [1] dan lainnya. Ibnu Raslan Asy-Syafi’i berkata, “Argumen mengenai perlunya kebolehan memandang itu dibatasi hanya dalam kondisi membutuhkan bahwa kaum muslimin bersepakat untuk melarang wanita keluar rumah dengan wajah terbuka. Khususnya ketika banyak orang fasik di sekitar mereka.”[2]
Para ulama dari empat mazhab dan ulama lainnya sepakat bahwa menutup wajah bagi wanita muda merdeka merupakan murni syariat rabani. Yang mereka perselisihkan adalah apa hukum orang yang tidak melaksankannya –dalam kondisi tidak ada potensi fitnah– apakah ia dianggap telah meninggalkan hal yang wajib sehingga berdosa, atau hanya seperti orang yang meninggalkan perkara sunnah?
Para ulama juga sepakat bahwa wanita tua boleh membuka wajahnya dengan syarat tidak memakai perhiasan di wajah. Namun menutup wajah bagi wanita tua lebih baik daripada membukanya, sesuai firman Allah:

و أن يستعففن خير لهن . . .

“…berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka (wanita tua)…” (QS. An-Nur: 60)

Para ulama sepakat bahwa aurat budak wanita tidak seperti aurat wanita merdeka. Aurat yang wajib ditutup oleh wanita merdeka tidak semuanya menjadi aurat wajib bagi budak wanita. Ijma’ ini dinyatakan oleh beberapa ulama, salah satunya Ibnu Abdilbar.[3]
Para ulama sepakat membedakan antara aurat satr (yang pada dasarnya wajib ditutup) dan aurat nazhar (pandangan), meskipun mereke berbeda pendapat dalam batasan aurat masing-masing. Aurat satr adalah anggota badan yang pada hakikatnya merupakan aurat dan harus ditutup. Sedangkan aurat nazhar adalah aurat yang ditutup demi menjaga pandangan orang lain meski pada hakikatnya bukanlah aurat.
Barangsiapa yang tidak membedakan antara aurat budak dan aurat wanita merdeka, juga antara aurat satr dan aurat nazhar, maka asas hukumnya dalam perkara ini akan rancu. Ia juga akan mengalami kerancuan dalam memahami cabang-cabang hukumnya dan tidak memahami perkataan fuqaha sebagaimana mestinya.



[1]  Nihayatul Mathlab (XII/31)
[2] Ibnu Raslan menukilnya dari Azhim Abadi dalam ‘Aunul Ma’bud (XI/162)
[3] Lihat Al-Istidzkar (XXVII/290)




Minggu, 02 Oktober 2016

Bagaimanakah Perempuan Saleha Itu?


Dan, kira-kira, bagaimanakah perempuan saleha, idaman setiap laki-laki saleh itu?
Yakni,
Perempuan yang menjaga pandangannya, menjaga penampilannya, menjaga perilakunya, menjaga hatinya, sesuai Al-Qur’an dan Sunah
Perempuan yang meninggalkan hal-hal yang mendekati dosa, hal-hal yang syubhat, hal-hal yang tidak bermanfaat
Perempuanyang lisan dan pendengarannya untuk bacaan Al-Qur’an, bukan untukmusik atau nyanyiankejahilan dan kemaksiatan
Perempuan yang mengidolakan Rasulullah, bukan mengidolakan artis atau semacamnya
Perempuan yang menjadikan ulama sebagai motivatornya
Perempuan yang mencari rida AllahTa’ala

(Dikutip dari buku “Jannah: Bagaimana Menikmati dan Menenangkan Hidup”, Muhammad Yuan Yusuf)

Hijrah Kita Sekarang Ini, Seperti Apa?


BARU saja kemarin, umat Muslim kembali menyambut tahun baru Hijriyyah. Di beberapa daerah, ada yang merayakannya dengan pawai obor, menyemarakkan dengan lomba-lomba keislaman, tabligh akbar, shalawatan dan masih banyak lainnya. Perayaan dan penyambutan yang dilakukan oleh sebagian orang tak lain hanya ingin menunjukkan rasa syukurnya karena masih dapat bertemu dengan 1 Muharram (Tahun Baru Islam).

Sejatinya, apa yang dilakukan sebagian orang memang tidak salah. Namun, alangkah lebih baik kita menjadikan momentum ini untuk mengingat bagaimana peristiwa hijrahnya Rasulullah dan Kaum Muhajjirin.

Hijrah Tak Sekadar Pindah

Saat ini, sebagian umat Islam ketika mendengar kata hijrah atau peristiwa hijrah Rasulullah dari Mekkah ke Madinah, menganggapnya sebagai suatu perpindahan biasa, layaknya migrasi penduduk dengan segala kerepotannya. Padahal, tidak semudah itu. Hijrahnya Rasulullah merupakan perjuangan yang besar.

Hijrah bukanlah melarikan diri. Hijrah adalah persiapan membekali diri untuk akhirat. Karena itulah, Allah SWT berfirman:

 “Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka di bunuh atau mati, benar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rezeki yang baik (surga). Dan sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki. Sesungguhnya Allah akan memasukkan mereka ke dalam suatu tempat (surga) yang mereka menyukainya. Dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Penyantun.” (QS. Al-Hajj: 58-59)



Hijrahnya Rasulullah saat itu sebenarnya memberikan banyak pelajaran untuk kita selaku umat Islam, di antaranya:

1. Rasulullah mencontohkan bahwa apabila jika suatu tempat masih belum kondusif untuk disampaikan Islam, padahal sudah bertahun-tahun lamanya disyiarkan Islam kita diperbolehkan untuk sementara pindah ke tempat yang sudah lebih kondusif, mengingat jumlah umat Islam di Madinah saat itu sudah cukup banyak. Karena berpindahnya Rasulullah saat itu tidak serta merta karena Rasulullah sudah lelah dalam mendakwahi Mekkah, namun karena inilah perintah dari Allah.

2. Persaudaraan yang terbangun atas dasar aqidah merupakan persaudaraan yang sangat indah. Ini dibuktikan oleh kaum Anshar dan kaum Muhajjirin dimana kaum Anshar tak sungkan menganggap kaum Muhajjirin seperti keluarganya sendiri.

3. Hijrahnya Rasulullah dari Mekkah ke Madinah merupakan titik puncak perjuangan dakwahnya. Dimana, saat itu Rasulullah akhirnya mampu mendirikan Daulah Islam dengan izin Allah. Ini membuktikan bahwa, keberadaan Daulah Islam adalah suatu hal yang harus diperjuangkan.

Lalu, yang menjadi pertanyaannya bagaimana dengan keadaan umat Islam saat ini? Bagaimana estafet perjuangan umat Islam saat ini? Bagaimana kesejahteraan, persaudaraan dan kemakmuran umat Islam saat ini?

Umat Islam saat ini, sedang berada dalam keterpurukan. Pemimpin-pemimpinnya sedang sibuk berebut jabatan. Pemudanya ikut terbuai dengan virus-virus sekuler. Umat Islam tertindas. Umat Islam dihinakan. Pembantaian tak henti-henti dilakukan. Namun, rupanya rasa persaudaraan antar umat Islam sudah mulai berkurang.

Saat kaum Muslim di Palestina, Suriah, Irak mendapatkan banyak siksaan, kaum Muslim di belahan dunia lain seolah tidak peduli. Tidakkah kita semua malu dengan perjuangan Rasulullah dan para sahabat dulu? Mereka bersimpuh darah untuk menegakkan kalimat-Nya. Namun, kini kita membiarkan kaum musyrik menghancurkan dan berusaha memusnahkah saudara-saudara kita.

Oleh karena itu, sudah tidak banyak waktu lagi untuk kita berleha-leha. Sudah saatnya kita memperkokoh barisan memperjuangkan agama Islam, mendakwahkannya dan menjemput kemenangan yang sudah dijanjikan-Nya.

Wallahu’alam bi shawab.

Ukhti,Mengapa Gugat Cerai?

Bercerai? Siapa yang mau? Pastinya yang menikah tidak pernah – dan tidak akan mau – bercerai. Karena begitu ijab kabul yang terucap, Anda pastinya menginginkan pernikahan yang langgeng. Sakinah, mawadah wa rahmah.

Namun siapa sangka kalau angka perceraian di tanah air belakangan justru semakin tinggi. Sepanjang 2014 kasus cerai gugat di seluruh Pengadilan Agama ada 268.381 kasus. Yang mencemaskan perceraian hari ini banyak diinisiasi kaum perempuan, alias banyak para istri yang mengajukan gugat cerai. Prosentasinya mencapai hingga 75 persen.

“Sekarang ada kecenderungan perempuan lebih berani untuk mengambil keputusan cerai,” kata Prof. DR. Nasarudin Umar, Imam Besar Mesjid Istiqlal, kala menjabat Dirjen Bimas Kemenag saat itu.

Para istri yang menggugat cerai suaminya itu menurut laporan pihak Kementerian Agama banyak dilatarbelakangi alasan tidak harmonis.

Pertanyaannya adalah apakah boleh semata alasan tidak harmonis lalu kemudian kaum perempuan mengajukan gugat cerai? Semudah itukah?

Saya ingin mengajukan pertanyaan simpel kepada anda, akhwat fillah, soal tujuan dan cara pernikahan;

Bukankah pernikahan itu bertujuan menyatukan dua pribadi yang berbeda sehingga tercipta keharmonisan?
Bukankah salah satu cara – dan harus sering kita gunakan – agar tercipta keharmonisan adalah bisa menerima kekurangan pasangan kita? Bukan sekedar mengharapkan kelebihan dan kesalehannya?
Bukankah kita pun harus belajar mengalah untuk tercipta keharmonisan? Karena pernikahan yang harmonis bukanlah pernikahan yang berarti suami dan istri selalu senada dan seirama. Bukan keseragaman warna yang membuat pelangi itu menjadi indah, tapi keberagamanlah yang membuat pelangi menjadikannya indah.
Saya tidak menafikan bahwa kadangkala suami bertingkah menyebalkan. Tapi bukankah itu bagian dari kehidupan yang harus kita jalani? Siapa sih yang dalam hidupnya tidak pernah bertingkah menyebalkan, seorang wanita pun bisa dipandang menyebalkan oleh suaminya.

Berikutnya yang saya dapat dari data Kementerian Agama, banyak gugat cerai dilayangkan oleh para istri yang bekerja dan punya penghasilan mapan. Artinya, ada faktor (maaf) ego yang tumbuh dalam pribadi para wanita manakala mereka merasa punya keamanan finansial tanpa topangan suami.

Karenanya ketika para wanita ini merasa suami bertingkah menyebalkan – dan penilaian ini bisa amat subyektif – lalu para istri merasa pernikahan tidak lagi harmonis, mereka pun ambil keputusan gugat cerai. Toh, saya – pikir istri – bisa hidup tanpa bertumpu pada suami. Saya punya pekerjaan, saya punya penghasilan, saya bisa hidup mandiri.

Saya tidak menafikan bahwa ada suami yang bertindak keterlaluan, seperti berselingkuh, atau bertindak kasar pada istri dan anak-anak. Untuk alasan itu maka gugat cerai bisa dibenarkan dalam pandangan syariat Islam.

Tapi bila semata karena ‘tidak harmonis’, karena masing-masing mempertahankan ego untuk sesuatu yang sebenarnya bisa ditawar dan dinegosiasikan, apakah harus akhwat fillah mengajukan gugat cerai?

Bukankah ada rules dalam pernikahan yang harus disepakati bersama? Dimana aturan itu datang dari Allah SWT.? Dan Allah adalah Zat yang Maha Bijaksana (al-Hakim).

Pernahkan ukhti fillah membaca hadits shahih yang menegur para wanita yang berani menggugat cerai suami mereka tanpa alasan yang haq?

 أيُّما امرأةٍ سأَلتْ زوجَها طلاقَها مِن غيرِ بأسٍ فحرامٌ عليها رائحةُ الجنَّةِ


 Wanita mana saja yang meminta cerai kepada suaminya tanpa alasan yang dibenarkan syariat, maka haram baginya wangi surga. (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan lainnya. shahih). 


Penulis Nayl al-Awthar Imam asy-Syawkani memberikan komentar: Di dalam hadits ini terdapat dalil bahwa permintaan talak (gugat cerai) seorang istri kepada suaminya adalah diharamkan dengan pengharaman yang keras. Sudikah ukhti diharamkan mencium wanginya surga karena mengajukan gugat cerai pada suami?

Rasulullah SAW. juga mengingatkan para wanita yang mengajukan khulu’ (gugat cerai dengan kompensasi pengembalian mahar), dengan peringatan yang keras. Sabdanya:

الْمُخْتَلِعَاتُ هُنَّ الْمُنَافِقَاتُ


 “Para istri yang minta khulu’ adalah wanita-wanita munafik.” [Hadits shahih. Riwayat Tirmidzi (no. 1186) dan Abu Dawud (no. 9094), dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Lihat Silsilah Ash-Shahiihah (no. 632) dan Shahih Jaami’ush Shaghiir (no. 6681)].
 

Camkanlah dua hadits di atas. Maukah kita menukarkan jannah Allah hanya untuk membela ego kita, tak mau merendahkan hati dan taat di hadapan suami? Sementara Rasulullah SAW. begitu keras memberikan peringatan kepada para wanita yang mengajukan gugat cerai yang tanpa dilandasi alasan yang haq.

Allah memang menghalalkan perceraian. Tapi bila ukhti menggugat cerai suami karena alasan ‘tidak harmonis’ seperti suami tidak romantis, kurang pengertian pada istri, apalagi ketika suami ditimpa musibah kesulitan nafkah keluarga, lalu istri mengajukan gugat cerai. Hanya sebatas itukah daya tahan ukhti menjalani pernikahan? Karena sampai ke ujung dunia sekalipun tak akan ada suami yang sempurna. Selalu ada plus minus dalam diri seorang pria.

Lalu bila karena alasan seperti itu, dimanakah yang namanya cinta? Bukankah cinta itu berarti menuntut meletakkan kebahagiaan orang lain (suami dan anak-anak) di atas kebahagiaan kita?

Mengapa tidak belajar untuk mencintai karena Allah, tulus dan murni, dan malah justru belajar menggugat cerai suami? Duh.


(Buku : Bukan Pernikahan Cinderella : Ustadz Iwan Januar)

Bagaimanapun Juga Dia Ayahmu

Seburuk apa pun rupanya ..
Segalak apa pun jika sedang marah ..
Sepelit apa pun dia saat kau ingin sesuatu ..
Seburuk apa pun perangainya ..
Selama dia masih mengimani Allah dan RasulNya ..
Tidak menyekutukanNya dengan apa pun ..
Dia adalah tetap AYAHMU … Jangan membencinya dan jangan ingkari bahwa kau anaknya ..

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

لاَ تَرْغَبُوا عَنْ آبَائِكُمْ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ أَبِيهِ فَهُوَ كُفْرٌ

Jangan kalian benci ayah-ayah kalian, barang siapa yang membenci ayahnya maka dia kufur. (HR. Al Bukhari No. 6768, Muslim, 113/62)

Imam Badruddin Al ‘Aini Rahimahullah mengatakan:

قَوْله: لَا ترغبوا عَن آبائكم أَي: لَا تتركوا النِّسْبَة عَن آبائكم فتنسبون إِلَى غَيرهم. قَوْله: فَإِنَّهُ كفر بكم أَي: فَإِن انتسابكم إِلَى غير آبائكم كفر بكم أَي: كفر حق ونعمة.

Sabdanya: Janganlah kalian membenci ayah-ayah kalian,” yaitu jangan kalian meninggalkan nasab kalian kepada ayah-ayah kalian lalu kalian menasabkan diri kalian kepada selain mereka.

Dan sabdanya “itu adalah kekufuran” yaitu penasaban kalian kepada orang lain adalah kufurnya kalian, yaitu kufur terhadap hak (ayah) dan nikmat. (‘Umdatul Qari, 9/24)

Syaikh Mushthafa Al Bugha menjelaskan makna “kufur” dalam hadits ini:

خرج عن الإسلام إن استحل ذلك أو المراد فقد كفر بالنعمة إذ أنكر حق أبيه عليه

Yaitu keluar dari Islam jika dia menghalalkan perbuatan itu, atau maksudnya adalah dia kufur terhadap nikmat sebab dia telah mengingkari hak ayahnya atas dirinya. (Ta’liq Muhthafa Al Bugha)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنِ ادَّعَى إِلَى غَيْرِ أَبِيهِ، وَهُوَ يَعْلَمُ فَالْجَنَّةُ عَلَيْهِ حَرَامٌ

Barang siapa yang mengklaim seorang yang bukan ayahnya padahal dia tahu (itu bukan ayahnya), maka surga haram baginya. (HR. Al Bukhari No. 4326, Muslim, 115/63)

Yuk bagi yang ayahnya masih ada … sayangi ayah kita ..
Bagi yang sudah wafat, jangan lupa doanya dan sedekah untuknya ..


Wallahu A’lam

Mencintaimu yang Telah Dimilikinya

Salah satu teman mengungkapkan kegelisahan hatinya. Ia diminta menjadi istri oleh seseorang yang telah memiliki istri alias menjadi yang kedua.
“Kamu sendiri bagaimana perasaanmu ke dia?”
“Suka dan merasa cocok. Kalau aku nggak suka, nggak mungkinlah aku galau. Sedari awal pasti aku sudah menolaknya,” jawabnya.

Muslimah ini adalah seorang teman yang sedang dalam proses hijrah. Ia baru saja berhijab dan membutuhkan sosok suami yang bisa memimpin dan mengajarinya tentang agama dengan lebih baik. Pada saat yang sama, ia juga menyukai laki-laki yang dewasa dan kebapakan. Kriteria ini menurut dia ada pada sosok laki-laki yang saat ini sedang mendekati dirinya. Hanya saja, laki-laki ini telah memunyai istri dan beberapa anak.

“Kamu siap dengan segala konsekuensi menjadi istri kedua?”
“Ya. Bukankah di dalam Islam hal itu jelas diperbolehkan?” ia menegaskan dalam bentuk tanya.
“Baiklah, kalau kamu merasa telah siap untuk itu. Tapi satu hal sebelum kamu mengiyakan pinangannya, pastikan bahwa kamu tidak menjadi istri simpanan dia. Istri pertamanya berhak tahu, begitu juga dengan anak-anaknya.”

...Muslimah yang sedang berproses di jalan hijrahnya ini, saya yakinkan dia bahwa akan ada laki-laki salih untuknya satu ketika nanti, insya Allah...

“Bagaimana caranya?”
“Mintalah diperkenalkan dengan keluarganya dengan baik-baik, jujur dan terus terang. Karena jangan sampai rumah tanggamu dengannya nanti menghancurkan rumah yang sebelumnya telah dibangun. Jangan jadi perempuan yang seperti itu.”

Sang teman ini pun setuju. Setelah beberapa saat, dia pun kembali menghubungi dan curhat lagi.
“Aku sudah memberinya syarat yaitu minta diperkenalkan dengan keluarganya terutama istrinya.”
“Apa jawabnya?”
“Dia tidak bisa memenuhi permintaanku,” katanya sedih.
“Baiklah. Dengan jawaban itu kamu sudah tahu jenis laki-laki macam apa orang ini kan?” Dia mengangguk.
“Dan kamu juga sudah tahu sikap apa yang harus kamu ambil?”
“Iya. Aku harus mulai menjauhinya. Aku harus mulai menghapus rasa sukaku terhadapnya. Ternyata dia bukan laki-laki seperti yang kuharapkan,” katanya penuh tekad.

Dan sang teman ini, muslimah yang sedang berproses di jalan hijrahnya ini, kabar terakhir yang saya tahu dia tetap lajang hingga kisah ini saya tulis. Saya yakinkan dia bahwa akan ada laki-laki salih untuknya satu ketika nanti, insya Allah.
Karena laki-laki yang baik itu, dia tidak akan menikah dengan perempuan lain di  belakang istrinya.

Karena laki-laki baik itu, dia akan mempersaudarakan para istrinya bila memang dia memunyai keinginan dan kemampuan untuk berpoligami. Wallahu alam

Minggu, 24 Juli 2016

Bolehkah Aku Tak Cemburu




Jiwa pernah bercerita kepadaku bahwa dia tidak tertarik pada keindahan surga dan segala apa yang ada di dalamnya. Bukan berarti dia tidak ingin masuk surga atau tidak percaya pada semua ‘kebahagiaan terdahsyat’ yang dilukiskan dalam Al-Qur’an dan Hadits tersebut, tetapi karena akalnya benar-benar tidak bisa membayangkan.
Pun Jiwa tidak berhasrat menjadi Bidadari Surga. Dia -insyaa Allah- ikhlas bila suaminya kelak beristrikan Bidadari di sana, bahkan dia berdoa agar sang suami mendapatkan Ratu dari segala Ratu Bidadari.
·         Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya. [QS. Al-Baqoroh : 25]
·         Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal sholih, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai; kekal mereka di dalamnya; mereka di dalamnya mempunyai istri-istri yang suci, dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman. [QS. An-Nisaa' : 57]
·         Katakanlah: “Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Alloh), pada sisi Robb mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridhoan Alloh. Dan Alloh Maha Melihat hamba-hamba-Nya. [QS. Ali 'Imron : 15]
·         Tetapi hamba-hamba Alloh yang dibersihkan (dari dosa). Mereka itu memperoleh rezeki yang tertentu, yaitu buah-buahan. Dan mereka adalah orang-orang yang dimuliakan, di dalam surga-surga yang penuh nikmat. Di atas tahta-tahta kebesaran berhadap-hadapan. Diedarkan kepada mereka gelas yang berisi khomr dari sungai yang mengalir. (Warnanya) putih bersih, sedap rasanya bagi orang-orang yang minum. Di dalam khomr itu tidak terdapat alkohol dan mereka tiada mabuk karenanya. Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya, seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik. [QS. Ash-Shooffaat : 40 - 49]
·         Ini adalah kehormatan (bagi mereka). Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa benar-benar (disediakan) tempat kembali yang baik, (yaitu) surga ‘Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka, di dalamnya mereka bertelekan (di atas dipan-dipan) sambil meminta buah-buahan yang banyak dan minuman di surga itu. Dan pada sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya dan sebaya umurnya. Inilah apa yang dijanjikan kepadamu pada hari berhisab. Sesungguhnya ini adalah benar-benar rezeki dari Kami yang tiada habis-habisnya. [QS. Shood : 49 - 54]
·         “Hai hamba-hamba-Ku, tiada kekhawatiran terhadapmu pada hari ini dan tidak pula kamu bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman pada ayat-ayat Kami dan adalah mereka dahulu orang-orang yang berserah diri. Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan istri-istri kamu digembirakan.” Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya. Dan itulah surga yang diwariskan kepadamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan. Di dalam surga itu ada buah-buahan yang banyak untukmu yang sebagiannya kamu makan. [QS. Az-Zukhruf : 68 - 73]
·         Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman, (yaitu) di dalam taman-taman dan mata-air-mata-air; mereka memakai sutera yang halus dan sutera yang tebal, (duduk) berhadap-hadapan, demikianlah. Dan Kami berikan kepada mereka bidadari. Di dalamnya mereka meminta segala macam buah-buahan dengan aman (dari segala kekhawatiran), mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya kecuali mati di dunia. Dan Alloh memelihara mereka dari azab neraka, sebagai karunia dari Robb-mu. Yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar. [QS. Ad-Dukhan : 51 - 57]
·         Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan, mereka bersuka ria dengan apa yang diberikan kepada mereka oleh Robb mereka; dan Robb mereka memelihara mereka dari azab neraka. (Dikatakan kepada mereka): “Makan dan minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan.” Mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka denganbidadari-bidadari yang cantik bermata jeli. Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. [QS. Ath-Thuur : 17 - 21)
·         Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Robb-nya, ada dua surga. Maka nikmat Robb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Kedua surga itu mempunyai pohon-pohonan dan buah-buahan. Maka nikmat Robb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang mengalir. Maka nikmat Robb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasangan. Maka nikmat Robb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutera. Dan buah-buahan di kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat. Maka nikmat Robb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin. Maka nikmat Robb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan. Maka nikmat Robb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). Maka nikmat Robb kamu yang manakah yang kamu dustakan? [QS. Ar-Rohmaan : 46 - 61]
·         Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi. Maka nikmat Robb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya. Maka nikmat Robb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang memancar. Maka nikmat Robb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Di dalam keduanya (ada macam-macam) buah-buahan dan kurma serta delima. Maka nikmat Robb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Di dalam surga itu adabidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik. Maka nikmat Robb kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih, dipingit dalam rumah. Maka nikmat Robb kamu yang manakah yang kamu dustakan?Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin. Maka nikmat Robb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang indah. Maka nikmat Robb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Maha Agung nama Robb-mu Yang Mempunyai Kebesaran dan Karunia. [QS. Ar-Rohmaan : 62 - 78]
·         Dan orang-orang yang beriman paling dahulu, mereka itulah yang didekatkan kepada Allah. Berada dalam jannah kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. Mereka berada di atas dipan yang bertahta emas dan permata, seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda, dengan membawa gelas, cerek dan minuman yang diambil dari air yang mengalir, mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk, dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging burung dari apa yang mereka inginkan. Dan ada bidadari-bidadari bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik. Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan. Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa, akan tetapi mereka mendengar ucapan salam. [QS. Al-Waaqi'ah : 10 - 26]
·         Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan, (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur, dan gadis-gadis remaja yang sebaya, dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman). [QS. An-Nabaa' : 31 - 34]
Hanya satu yang Jiwa inginkan, satu yang Jiwa harapkan, satu yang Jiwa panjatkan … Jiwa hanya ingin bersama Allah, dengan jarak yang sangaaat dekat. Jiwa ingin bertemu dan memandang wajah Allah. Jiwa ingin bersimpuh di kaki Allah. Jiwa tidak ingin sedetik pun ditinggalkan Allah. Hanya itu!
“Salahkah Jiwa?” tanyanya seringkali.
Ah, Jiwa … Aku tidak bisa berkata apa-apa … Namun, bila hal tersebut dibenarkan dalam syari`at, dari lubuk hati terdalam kuberdoa semoga Alloh mengijabahi harapan dan impianmu … [Aamiin ... Aamiin ... Yaa Mujiibas Saa'iliin ...]
Tapi, Jiwa … ketahuilah … ada banyak ujian serta cobaan yang akan menghadang. Banyaaak … dan yang terbesar adalah masalah HATI. Engkau tahu bagaimana sulitnya peperangan dalam HATI, kan? Seperti yang saat ini tengah kau alami. Kau harus bisa mengosongkan hatimu dari dunia, meski mungkin akan ada berjuta luka. Kau harus berusaha agar “CUKUP ALLAH SAJA BAGIMU” dan sedikitpun tak ada celah untuk selain-NYA.

Bagaimana, Jiwa? Sanggupkah engkau?