Kamis, 08 Maret 2018

Untuk Kamu...


image by google

Apakah makna dari jarak yang membentang, jika dua hati yang sering bersama namun tak saling menggenggam -tidak saling cinta tepatnya.
 
Aku sedang menulis ini sambil sesekali melempar pandanganku memperhatikan suasana kafe yang biasa menjadi tempatku menulis. Suasananya cukup ramai karena saat itu adalah malam Minggu. Beberapa muda-mudi yang datang kebanyakan bersama pasangannya.


Di depanku kini ada sepasang kekasih yang sedang berfoto, namun tidak lama kemudian mereka sibuk dengan gadget masing-masing. Sebuah pemandangan yang sudah tidak asing. Menurutku yang menjauhkan dua hati bukanlah jarak yang terhitung pada satuan kilometer saja, tetapi ketika bersama, namun perhatian tersita di hadapan layar kaca. Bagiku, itulah jarak yang sebenarnya paling jauh memisahkan sepasang kekasih. Jarak itulah yang tanpa disadari akan pelan-pelan memudarkan cinta yang dulu terawat dengan baik di hati mereka.

Baiklah, kurasa kita mulai dari sini. Aku tidak sedang membahas tiga paragraf pertama, melainkan tentang banyak pertanyaan tentang kita.

Hai, apa kabarmu sekarang? Semoga kamu baik-baik saja di sana. Jika kamu bertanya perihal ‘kamu’ yang kumaksud itu siapa, anggap saja ‘kamu’ itu adalah seseorang yang ada namun tidak jelas siapa. Semoga kau mengerti untuk tidak menanyakan ulang.

Hai, mungkin malam ini kamu sedang pergi bersama kekasihmu atau orang yang sedang dekat denganmu, atau keluargamu, atau temanmu, atau entahlah siapapun yang sedang bersamamu. Aku tidak tau dan tidak peduli dengan itu. Yang jelas semoga orang itu menjagamu dari dinginnya angin malam dan orang jahat yang bisa mencelakakanmu kapan saja ketika kamu lengah.

Bagaimana hari-harimu kemarin? Apakah menyenangkan seperti yang pernah kau ceritakan dulu saat kita masih sering chatting dan bertemu untuk menikmati kopi sambil menertawakan lucunya kehidupan? Atau kau sedang bersedih karena seseorang yang menyakiti hatimu dengan pergi meninggalkanmu demi orang lain? Ah, semoga saja tidak. Karena jika itu terjadi dan aku mengetahui siapa orangnya, tolong jangan cegah aku untuk membuat orang itu menyesali perbuatannya, atau minimal membuat hidungnya patah.

Jujur saja, aku masih menunggu kabarmu, menunggu kau membalas pesan terakhir yang kirim dulu, namun sampai sekarang pesan itu belum terjawab, bahkan sepertinya tidak pernah kau lihat.
 
Jika kau bertanya sekarang aku bersama siapa, aku akan tersenyum menjawab. “Tidak ada.” Karena aku masih belum berniat membuka hatiku untuk siapapun…, selain kamu. Meskipun aku tau kau tidak tau, atau memang tidak pernah menyadari itu. Dan kamu akan menyadarinya setelah membaca tulisan-tulisan di bawah ini.

Hidup ini rumit untuk orang yang memendam perasaannya, entah dengan alasan apapun. Alasanku untuk memendam perasaan ini adalah agar kau tidak merasa punya kewajiban atau lebih tepatnya beban untuk membalasnya, untuk itulah aku tidak mengungkapkannya dan bersikap biasa saja. Jika ada orang yang memprotes alasanku berdasarkan logika ‘egois’ karena menikmati cinta sendirian, itu sangat salah. Bagi sebagian orang yang mengetahui cintanya tidak akan terbalas, mereka akan terlalu sadar diri dan memilih untuk tidak pernah mengutarakannya karena jika itu dilakukan hanya akan menghancurkan keadaan. 
Orang yang memendam perasaannya bukanlah pengecut atau pecundang yang tidak mempunyai nyali. Melainkan mereka adalah pemberani yang siap untuk menyakiti hatinya sendiri dengan membunuh harapan-harapan yang tidak terbalaskan. Mereka rela melihat dan membuat orang yang dicintainya tersenyum sepanjang hari, meskipun senyum itu tertuju untuk orang lain, orang yang beruntung mendapatkannya.

image by google


Aku tidak membela diri dengan ucapan-ucapan bijak layaknya seorang motivator terkenal yang tahu betul tentang seluk-beluk asam garam kehidupan. Tetapi aku hanya belajar bijak untuk mengontrol diri dan perasaan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan oleh diriku sendiri. Ada yang bilang, “Cinta tak harus bersama.” Dan ada orang yang bilang bahwa yang orang mengatakan itu adalah pecundang yang kalah sebelum sempat berjuang. Namun bagaimana jika orang itu sudah memperjuangkannya namun tetap dengan hasil; kekecewaan yang terpaksa ditelan bulat-bulat karena tidak terbalas.

Sebagian orang memilih untuk berhenti sebelum memulai, daripada memulai hanya untuk merusak yang sudah tertata dengan baik.

Hidup memang terkadang tidak adil untuk orang yang jatuh cinta sendirian. Seperti yang pernah dikutip oleh salah satu temanku yang berbunyi, “Orang yang jatuh cinta sendirian keinginannya sederhana, dia hanya ingin berdua.” Tapi bagaimana jika orang yang dicintai oleh orang yang jatuh cinta sendirian itu tidak pernah bisa mencintainya dengan cara apapun? Tolong, ada yang bisa menjawab pertanyaan ini? Dan apabila ada yang menjawab, “Ya tinggalin, terus cari yang lain.” Andai semudah itu, andai orang yang mengatakan itu tau bahwa itu bukanlah sebuah jawaban.

Ada hal yang memang tidak baik bila dipaksakan, salah satunya adalah perasaan, perasaan yang tidak bisa terbalaskan. Cinta ada karena terbiasa bersama. Memang betul untuk sebagian orang yang mengalaminya. Banyak orang yang diluar sana yang akhirnya memutuskan untuk bersama karena memang terbiasa bersama, tetapi bagaimana bila cinta tidak pernah ada meskipun sudah sering dan sangat lama bersama? Tolong, ada yang bisa menjawab pertanyaan ini dengan jawaban yang tepat?

Inilah yang kurasakan bersamamu selama ini. Aku tau aku cinta padamu, dan kamu dan aku tau kamu cinta pada orang lain. Kita bernasib sama, tetapi mengapa kita tak bersama saja karena kesamaan nasib? Karena bagiku itu adalah hal yang menyedihkan. Mengapa? Karena itu semua percuma. Mengapa itu semua percuma? Karena kau menikmati perasaan cintamu pada orang lain itu denganku, tanpa pernah benar-benar mencintaiku. Apakah itu tidak menyedihkan dan sebuah hal tega jika tetap dilakukan?

Tidakkah itu hanyalah kepalsuan yang terpaksa dibenarkan atas nama cinta? Memang, hati bisa mengubah arah yang akan ditujunya, tetapi kalau tidak? Kita akan hancur dalam hitungan mundur. Menghancurkan apa yang telah kita tata dengan baik. Menghancurkan kebersamaan yang kita buat selama ini.

Cinta itu tentang dua hati yang mencari untuk saling menemukan, bukan yang satunya sudah menemukan, namun yang satunya masih sibuk mencari meskipun sudah ditemukan.

Jika itu terjadi pada kita, aku mengartikannya bukan sebagai bahagia, melainkan petaka yang nantinya akan memisahkan kita. Itulah hal yang paling aku takutkan selama ini. Maka, biarlah aku tetap mencintaimu tanpa harus mengungkapkannya apalagi meminta kamu membalasnya. Aku akan selalu bersemangat mencintaimu tanpa pamrih meskipun dalam lubuk hatiku yang terdalam tetap berkeinginan kamu membalasnya.

Level tertinggi kebahagiaan adalah mencintai seseorang yang juga mencintai kita.

Dan aku tau, kita tidak akan pernah mencapai level tertinggi itu. Kita hanya akan tetap mendaki dan terus mendaki, hingga pada suatu titiki kita akan tersesat, dan masing-masing dari kita akan diselamatkan oleh orang yang mencintai kita.

Maafkan aku yang telah merusak semua ini. Maafkan aku yang tega membuatmu menangis karena pengakuanku dulu, yang membuatmu memilih pergi karena tak ingin menyakitiku lebih jauh karena tidak bisa membalasnya. Semoga ada kata maaf yang masih tersedia untukku meskipun itu tidak pernah diucapkan olehmu.
 Aku lupa rasanya menikmati kebersamaan, terakhir kali saat bersamamu, dan kini hanya ada aku dan secangkir kopi yang pahitnya selalu kunikmati setelah kamu pergi.

Aku hanyalah orang yang bukan siapa-siapamu yang lancang mendoakanmu agar kamu selalu bahagia dan baik-baik saja.

Jangan lupa untuk selalu berdoa dan tersenyum seberat apapun hari-harimu. Senyummu adalah pertanda bahwa kamu menikmati pahit dan manis kehidupan di mana pun kamu berada, dan doa adalah pengharapan yang takkan putus untuk bahagiamu di hari esok, hanya itu pesanku.

1 komentar:

  1. Sangat paham rasa ini...salah seorang tmn dekat pernah berkata, ketika kita mencintai seseorang yg tdk mencintai kita atau kita tdk mencintai seseorang yg mencintai kita hingga tidak pernah bisa bersatu dalam ikatan cinta, ingatlah satu hal ini bahwa Allah mengetahui apa yg lebih baik untuk kita sedangkan kita tidak memgetahui baik buruk akan hal tersebut. Ini bukanlah ceramah. Bukan pula kata-kata bijak. Rasanya bertepuk sebelah tangan memang pahit bahkan sangat pahit dan teramat pahit.

    BalasHapus