Salah satu teman
mengungkapkan kegelisahan hatinya. Ia diminta menjadi istri oleh seseorang yang
telah memiliki istri alias menjadi yang kedua.
“Kamu sendiri
bagaimana perasaanmu ke dia?”
“Suka dan merasa
cocok. Kalau aku nggak suka, nggak mungkinlah aku galau. Sedari awal pasti aku
sudah menolaknya,” jawabnya.
Muslimah ini adalah
seorang teman yang sedang dalam proses hijrah. Ia baru saja berhijab dan
membutuhkan sosok suami yang bisa memimpin dan mengajarinya tentang agama
dengan lebih baik. Pada saat yang sama, ia juga menyukai laki-laki yang dewasa
dan kebapakan. Kriteria ini menurut dia ada pada sosok laki-laki yang saat ini
sedang mendekati dirinya. Hanya saja, laki-laki ini telah memunyai istri dan
beberapa anak.
“Kamu siap dengan
segala konsekuensi menjadi istri kedua?”
“Ya. Bukankah di
dalam Islam hal itu jelas diperbolehkan?” ia menegaskan dalam bentuk tanya.
“Baiklah, kalau
kamu merasa telah siap untuk itu. Tapi satu hal sebelum kamu mengiyakan
pinangannya, pastikan bahwa kamu tidak menjadi istri simpanan dia. Istri
pertamanya berhak tahu, begitu juga dengan anak-anaknya.”
...Muslimah
yang sedang berproses di jalan hijrahnya ini, saya yakinkan dia bahwa akan ada
laki-laki salih untuknya satu ketika nanti, insya Allah...
“Bagaimana
caranya?”
“Mintalah
diperkenalkan dengan keluarganya dengan baik-baik, jujur dan terus terang.
Karena jangan sampai rumah tanggamu dengannya nanti menghancurkan rumah yang
sebelumnya telah dibangun. Jangan jadi perempuan yang seperti itu.”
Sang teman ini pun
setuju. Setelah beberapa saat, dia pun kembali menghubungi dan curhat lagi.
“Aku sudah
memberinya syarat yaitu minta diperkenalkan dengan keluarganya terutama
istrinya.”
“Apa jawabnya?”
“Dia tidak bisa
memenuhi permintaanku,” katanya sedih.
“Baiklah. Dengan
jawaban itu kamu sudah tahu jenis laki-laki macam apa orang ini kan?” Dia
mengangguk.
“Dan kamu juga
sudah tahu sikap apa yang harus kamu ambil?”
“Iya. Aku harus
mulai menjauhinya. Aku harus mulai menghapus rasa sukaku terhadapnya. Ternyata
dia bukan laki-laki seperti yang kuharapkan,” katanya penuh tekad.
Dan sang teman ini,
muslimah yang sedang berproses di jalan hijrahnya ini, kabar terakhir yang saya
tahu dia tetap lajang hingga kisah ini saya tulis. Saya yakinkan dia bahwa akan
ada laki-laki salih untuknya satu ketika nanti, insya Allah.
Karena laki-laki
yang baik itu, dia tidak akan menikah dengan perempuan lain di belakang istrinya.
Karena laki-laki
baik itu, dia akan mempersaudarakan para istrinya bila memang dia memunyai
keinginan dan kemampuan untuk berpoligami. Wallahu alam
0 komentar:
Posting Komentar