image search by google |
Pendidikan Ibadah dan Adab untuk Anak Islami
Allah SWT telah memberikan hikmah kepada Luqman Al Hakim.
Hikmah itu adalah benarnya ilmu dan amal. Beliau adalah sosok pendidik yang
sukses dalam mendidik anak-anaknya dalam menanamkan tauhid.
Ditengah maraknya ilmu-ilmu Parenting yang berkembang saat
ini. Seharusnya kita tidak lupa belajar bagaimana parenting (pola asuh) Luqman
dalam mendidik anak-anaknya. Metode Luqman ini merupakan pola asuh terbaik
sehingga Allah SWT abadikan dalam Al Qur’an surat Luqman.
Surat Luqman identik dengan tarbiyatul aulad, dimana
ayat-ayatnya memuat uslub yang mangagumkan dalam pendidikan anak yang
didasarkan kepada manhaj Allah SWT. Ia merupakan tarbiyah yang komprehensif
yang dibutuhkan anak-anak baik di dunia maupun akhirat. Tarbiyah itu mencakup
pokok-pokok bahasan sebagai berikut.
Pertama, Penanaman Tauhid dan Larangan berbuat syirik kepada
Allah SWT.
Pokok bahasan itu terdapat kita lihat dengan jelas dalam
surat ini semuanya. Karena yang pertama kali wajib kita tumbuhkan pada
anak-anak kita dalah tentang tauhidullah dan tidak menyekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun.
Lalu bagaimana caranya kita menanamkan makna itu pada jiwa
anak-anak kita? Hendaknya kita perlihatkan kepada mereka kerajaan (kekuasaan)
Allah yang ada di alam semesta ini.
Kita ajak mereka berjalan-jalan untuk melihat berbagai
pemandangan alam. Ini agar mereka mengetahui kekuasaan Allah dalam segala
ciptaaan-Nya, dan mereka mengenal keagungan sang khaliq, Allah Swt atas semua
makhluknya.
Perhatikan bagaimana cara Luqman mendidik puteranya. Allah
Swt berfirman :
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kelaliman yang besar.” (Qs. Luqman : 13)
Ia memulai dengan pelajaran teori tentang larangan keras
mengenai syirik, setelah itu mulai dengan pelajaran aplikasi amal.
Allah Swt
berfirman :
“(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada
(sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit
atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).
Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (Qs. Luqman : 16).
Ayat agung ini memberikan perumpamaan yang bisa dipahami
anak-anak. Ia juga mengandung makna yang amat besar dan sejalan dengan orang
tua, yang menjadikan mereka bisa merasakan kekuasaan, pengawasan dan ilmu Allah
SWT.
Kedua, Berbuat baik kepada kedua orang tua (birrul walidain)
Ia mengenalkan kepada anak-anak tentang keutamaan orang tua
atas mereka. Dengan demikian, mereka mengenal makna syukur baik kepada Allah
maupun kepada kedua orang tua. Allah Swt berfirman.
“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
kedua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah lemah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepadakulah kembalimu.” (Luqman : 14)
Ayat ini memerintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang
tua dan untuk tidak berbuat syirik. Al Qur’an mengajarkan kepada kita, bahwa
kedua perkara itu tidak semestinya bertentangan satu sama lain.
Allah Swt
berfirman :
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan
aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya.” (Qs. Luqman : 15)
Berikutnya disebutkan kaidah yang penting tentang
keseimbangan diantara berbuat baik kepada orang tua (birrul walidain) dengan
meninggalkan syirik. Allah Swt berfirman :
“Dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutlah
jalan orang yang kembali kepadaku, kemudian hanya kepadakulah kembalimu, maka
kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan: (Luqman : 15).
Surat Luqman telah memberikan arahan-arahan dalam mendidik
anak. Luqman merupakan sosok pendidik yang tenang, cakap memberikan
nasehat-nasehatnya. Ia mengatakan “Ya Bunaiya” Wahai Anakku!.
Surat ini memberikan arahan kepada orang tua temanilah
anak-anakmu dan perilakukanlah mereka dengan penuh rasa cinta sebelum kalian
memberikan mereka nasehat. Bicaralah dengan mereka dari hati, pengalaman, dan
kesalahan-kesalahan dalam hidup.
Perlakukanlah mereka dengan penuh keakraban dalam menasehati
mereka, sebelum menggunakan kata perintah dan larangan dengan keras. Surat ini
benar-benar merupakan manhaj tarbiyah yang paling utama yang terdapat dalam Al
Qur’an. Baca makalah sebelumnya (Belajar Tauhid dan Aplikasinya dari Luqman Al
Hakim)
Pokok-pokok pola asuh yang diajarkan luqman adalah sebagai
berikut.
Ketiga, Urgensi (Ahammiyyah) ibadah dan berbuat kebajikan
dalam hidup
Allah Swt berfirman :
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar” (Qs.
Luqman : 17)
Tarbiyah itu tidak berarti kita cukup memberikan kepada anak-anak kita persedian makanan, minuman, tempat tinggal, pakaian dan obat-obatan semata, mengingat itu semua termasuk perlengkapan rumah. Namun, Tarbiyah adalah bagaimana menumbuhkembangkan anak-anak kita menjadi hamba Allah SWT
Dan tarbiyah tidak hanya terbatas pada pendidikan shalat
pada anak-anak seperti diyakini oleh mayoritas orang tua. Kita juga berkewajiban
untuk menanamkan pada jiwa-jiwa mereka kebajikan terhadap masyarakat dan
saudara-saudara mereka.
Dengan demikian, mereka akan selalu menyuruh berbuat
kebaikan (Amar makruf) dan melarang dari perbuatan munkar (nahi munkar), serta
menjadikan orang-orang yang mendapat hidayah Allah Swt.
Keempat, Mengenalkan hakekat dunia
Ada beberapa orang tua yang (sengaja) mendidik anak-anak
mereka dengan hidup mewah (hura-hura), foya-foya, dan selalu bergantung kepada
kekayaan orang tua. Sebagian orang tua mengira bahwa mereka dapat menjamin
kebutuhan hidup anak-anak mereka selama di dunia.
Padahal seharusnya dilakukan oleh mereka adalah mengenalkan
kepada anak-anak mereka tentang hakekat dunia berikut teka-tekinya yang
berubah-ubah. Sesungguhnya dunia ini tidak akan selamanya bersama orang tua
mereka. Seharunya mereka menyandarkan diri kepada diri sendiri, bukan kepada
orang tua.
Berkenaan dengan hal itu, luqman pernah berpesan kepada
anaknya, sebagaiman disebutkan pada ayat 17.
“Dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesunggunya
yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (Qs. Luqman :
17)
Lebih khusus lagi, apabila sang anak dibesarkan dalam
lingkungan yang baik seperti yang disinggung dalam ayat awal ayat 17.
“Suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah
(mereka) dari perbuatan yang mungkar.” (Qs. Luqman : 17)
Anak-anak harus banyak mendapatkan arahan berupa kesabaran
karena sesungguhnya jalan yang ditempuh dalam berbuat kebajikan dan dakwah di
jalan Allah tidak akan terlepas dari masalah-masalah dan kesulitan-kesulitan.
Kelima, Menanamkan etika (Adab) dan perasaan
Allah Swt berfirman :
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan
sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (Qs. Luqman : 18 – 19)
Ayat diatas berisi arahan agar bergaul dengan manusia dengan
penuh etika (adab) dan perasaan (kelembutan). Bahkan lebih spesifik dalam soal
berjalan dan berbicara. Janganlah seseorang mengangkat (memalingkan) mukanya
dari manusia karena sombong. Janganlah ia berjalan dengan penuh rasa angkuh,
namun hendaknya ia berlaku sederhana dalam hal itu. “Dan sederhanalah kamu
dalam berjalan”. Dan janganlah ia meninggikan suaranya di hadapan orang yang
mendengar lawan bicaranya.
Keenam, Membatasi tujuan hidup dan merencanakan masa depan
Diantara keagungan surat ini adalah bahwa ia juga mencakup makna pendidikan untuk
menentukan tujuan hidup dan masa depan. “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan”.
Ayat ini bisa jadi merupakan pelengkap bagi rangkaian perasaan dan akhlak (budi
pekerti) yang menjadi pembicaraan surat ini.
Maknanya berarti, hendaknya anda berjalan di muka bumi
dengan penuh kesederhanaan, tidak angkuh, atau tidak sombong. Makna lainnya
adalah hendaknya anda membuat maksud dan tujuan setiap langkah yang anda
lakukan. Janganlah anda hidup di dunia secara berlebihan, tanpa memiliki tujuan
yang jelas.
Refernsi:
- "Menyelami
Nasihat Lukman Al-Hakim", Hidayah, volume 8, edisi 87, November 2008,
hlm.
162-165.