"Seorang istri hendaknya selalu mengagungkan pernikahan dan menjaga hak suami agar perasaannya tentram"
Rumah tangga yang selalu bertabur kebahagiaan adalah harapan setiap pasutri. Kebahagiaan ibarat mutiara yang indah. Salah satu tips agar pernikahan bahagia dan langgeng, yakni bagaimana pasutri mampu memahami serta menghargai perasaan pasangannya. Lelaki pada umumnya lebih didominasi faktor akal atau logika ketimbang sisi perasaan, sebaliknya seorang wanita lebih kuat perasaannya, sehingga dengan kondisi tersebut butuh kerja sama dan saling memahami agar selalu tercipta keselarasan hidup diantara suami-istri.
Saling Mencintai Apa Adanya
Banyak kisah-kisah inspiratif bagaimana pasutri memahami
perasaan pasangannya, seperti cerita mengagumkan yang dituturkan sahabat Anas
radhiyallahu ’anhu :
“Ketika Nabi
shallallahu’alaihi wa sallam berada dirumah Ummul Mu’minin Aisyah
radhiyallahu ’anha kemudian ada salah seorang ummahatul mukminin mengirimkan
sepiring makanan maka Aisyah memukul tangan pembantu yang mengirim makanan
hingga piringnya terjatuh dan pecah kemudian Nabi shallallahu’alaihi wa
sallam menghimpun pecahan piring dan
beliau memungut makanan yang tertumpah dari piring dan beliau bersabda : “Ibumu
sedang cemburu” (Shohih : Diriwayatkan
oleh Imam Al-Bukhori dalam shohihnya no : 5225).
Subhanallah, beliau tidak memarahi Aisyah bahkan
mensikapinya dengan lembut karena tahu perasaan Aisyah tengah dihinggapi api cemburu.
Ada lagi kisah menarik, betapa dengan memahami relung-relung
terdalam perasaan pasangan akan membuat cinta anda semakin bersemi sebagaimana
dialog beliau dengan Aisyah : “Sungguh
aku tahu saat kamu senang kepadaku dan saat kamu marah kepadaku”. Aisyah
berkata, maka aku berkata,” Bagaimana engkau tahu hal itu ?”
Beliau bersabda, “Bila kamu sedang senang kepadaku, kamu berkata,
“Demi Tuhan Muhammad”, dan bila kamu marah kepadaku kamu berkata , “Demi Tuhan Ibrohim”. Maka aku berkata,
”Betul, demi Allah, wahai Rasulullah aku tidak menghindar kecuali dari namamu”.
(Shahih : Diriwayatkan Imam Ahmad dalam musnadnya, no. 24199, Imam Bukhari
dalam shahihnya, no. 5228. Imam Muslim dalam shahihnya, no. 2439. Imam Ibnu
Hibban dalam shahihnya, no. 7068. Imam Al-Baihaqi dalam sunannya 10/27. Imam
Abu Ya’la dalam musnandnya no. 4872 dan 4873 ).
Ketika pasutri saling menyayangi maka hubungan emosi dan
hatinya semakin erat. Dia sangat bisa memahami perasaan yang tengah bergejolak,
bahasa tubuh seperti mimik muka, sorot mata atau ungkapan implisit mampu ia
terjemahkan, sehingga sang suami bisa menebak apa yang ada di hati pasangannya,
meski istrinya sempat berkata : “ Aku tak apa-apa kok!”.
Dalam sejarah juga dikabarkan kehidupan Asma’ binti Abu
Bakar Ash-Shidiq yang hingga detik ini mungkin
sebuah potret kehidupan yang unik, langka sekaligus mengharukan.
“Zubair menikahiku dalam kondisi tidak mempunyai harta,
kecuali onta untuk menyiram tanaman dan
seekor kuda. Dan akulah yang memberi makan dan minum kudanya. Dan akulah yang
memperbaiki embernya dan akulah yang membuat roti. Tetapi aku tidak begitu
pandai membuat roti, dan para tetangga dari kaum wanita Anshor membantuku
membuatkan roti dan mereka adalah kaum wanita yang baik. Aku mengangkut biji
kurma dari kebun kurma Zubair yang diberi Rasulullah Shallallahu’alaihi wa
sallam dari ( rampasan orang-orang kafir ) yang aku panggul di atas kepalaku
yang berjarak 2/3 farsakh ( tiga mil ) dari rumahku.
Suatu hari aku pernah memanggul biji kurma berpapasan dengan
Rasulullah yang ditemani beberapa kaum Anshor, maka beliau memanggilku kemudian
berkata:” Ikh..!…ikh..!.. ( isyarat untuk menundukkan onta agar merunduk)”.
Beliau ingin memboncengku dibelakang ontanya. Dan aku malu berjalan bersama
kaum laki-laki, apalagi aku ingat Zubair adalah orang yang sangat pencemburu
kepadaku. Maka Rasulullah memahami keadaanku hingga aku menolak tawarannya, akhirnya
beliau pergi, setelah aku sampai rumah dan bertemu Zubair maka aku berkata, aku
tadi berpapasan dengan Rasulullah yang
ditemani beberapa kaum Anshor. Sementara aku sedang memanggul biji kurma diatas
kepalaku. Maka beliau merundukkan ontanya agar aku menaikinya, namun aku
menolaknya karena malu, apalagi aku tahu kamu seorang lelaki pencemburu. Maka
Zubair berkata: “ Demi Allah, kamu memanggul biji kurma di atas kepalamu lebih
berat buatku daripada kamu menaiki onta beliau”. ( Shahih: Diriwayatkan oleh
Imam Bukhari dalam shahihnya, no. 5224 dan Imam Muslim dalam Shahihnya, no
2182).
Demikianlah Asma’ dia sangat menghargai Zubair yang
pencemburu sehingga memilih jalan kaki demi menjaga hati suaminya.
Kutahu Yang Engkau Mau
Seorang istri pernah mengungkapkan bahwa selama hampir 20
tahun ia merasa belum pernah bisa mencintai suaminya sebagaimana wanita
mencintai pria idamannya. Dan menurut pengakuannya ia selalu berlaku baik
kepada suaminya. Rumah tangga baginya adalah ladang ibadah. Semua rahasia hatinya
ini tak pernah diungkapkannya pada pasangannya dan kehidupan pernikahan mereka
nampak bahagia serta harmonis.
Pernah ditanyakan kepada Abu Utsman An-Naisaburi, “Perbuatan
apakah yang lebih anda harapkan bagimu?” ia menjawab , “Ketika aku beranjak
dewasa keluargaku berusaha agar aku menikah, tapi aku abaikan saja. Lalu datang
kepadaku seorang wanita seraya berkata, ”Wahai Abu Utsman sungguh aku sangat
mencintaimu, dan saya memintamu dengan nama Allah agar engkau menikahiku”.
Kemudian ia mendatangkan bapaknya dan menikahkan aku dengan putrinya. Ia pun
merasa bahagia ketika kami berdua berada di kamar, aku tidak melihatnya
berparas cantik (bahkan jelek). Karena sangat besar cintanya kepadaku, ia
melarangku keluar. Aku pun menurutinya demi menjaga hatinya dan tidak
menampakkan kebencianku padanya. Seolah-olah aku berada di atas bara api kayu
bakar karena membencinya. Aku berlaku demikian hingga 15 tahun, sampai ia
meninggal dunia. Tiada perbuatanku yang lebih kuharapkan (pahalanya) bagiku
daripada menjaga hatinya”.
Semestinya masing-masing pasutri saling menjaga perasaan
agar diantara keduanya saling menyayangi dan terhindar dari prasangka buruk.
وَعَا شِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفٍ فَإِنْ كَرِهْتُمُوْهُنَّ فَعَسَى
أَنْ تَكْرَهُوْا شَيْأً وَيَجْعَلَ اللهُ
فِيْهِ خَيْرًا كَثِيْرًا
“Dan bergaulah dengan mereka ( para istri ) secara baik,
kemudian apabila kamu membenci mereka ( maka bersabarlah ), karena mungkin kamu
membenci sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak“ ( Q.S.
An-Nisa: 19 ).
Seorang istri hendaknya selalu mengagungkan pernikahan dan
menjaga hak suami agar perasaannya tentram. Tidak mudah meminta cerai tanpa
alasan Syar’i, serta pandai bersyukur terhadap pemberian suami. Jangan sampai
suami terluka dan marah lantaran sang istri tak pandai menjaga hak-hak suami,
yang hal ini merupakan kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga.
Referensi :
Kado Pernikahan, Mahmud Mahdi Al-Istambuli, Pustaka Azzam,
Jakarta 2003
Ustadz Sa’id Abu Ukasyah ( Murojah)
0 komentar:
Posting Komentar