ilustarsi gambar by google |
Kenangan memang pandai
mencari-cari celah dan mengendap masuk ke dalam benak.
Kini ia membawa kamu,
yang bahkan telah berlalu dimakan waktu. Kini ia membawa tentang kita, yang tak
pernah habis kubebani dengan tanya.
Mengapa harus dengan cara
seperti ini perpisahan mengambil alih? Mengapa harus dengan meniadakan
pertemuan kita di lain hari?
Lihat, di genggaman
tangan ini telah kita tulis cerita yang tak bertepi, yang tak mau tahu caranya
mengakhiri diri. Meski kamu sudah tak mampu kusentuh, tetap menujumu hati ini
utuh. Masih banyak cita-cita yang belum kita jadikan nyata, lalu haruskah
kulupakan semua harapan yang kita bangun bersama?
Kuharap jawabannya tidak,
tapi apakah takdir harus kutolak?
Aku terlalu benci udara
perpisahan. Inilah yang membuatku sinis pada suatu pertemuan. Hati serasa mati
setiap kurasakan berita saat semesta mulai menyeleksi. Dan ketika berita itu
menghampiri, nadi serasa ikut tak berdenyut lagi. Kuratapi berita yang mampir
tiba-tiba, ada sebuah nama yang tak asing di mata. Nama yang kabarnya telah
meninggalkan dunia.
Ya, jelas itu namamu dan
jelas aku masih belum mempercayai berita konyol itu. Haruskah giliran kamu yang
mereka sembunyikan?
Tamparlah aku agar
secepatnya terbangun dari mimpi burukku. Hati belum berhenti mengirimkan setiap
perasaan. Masakah kamu sudah mau meninggalkanku tanpa sebuah pesan? Inikah
definisi sebuah keadilan?
Kata mereka, memang tidak akan ada persiapan untuk bisa menerima sedihnya perpisahan. Tidak akan ada ucapan selamat tinggal yang begitu indah karena masing-masing kita tidak akan pernah tahu tentang yang akan terjadi kemudian.
Kuharap, dari duniamu
yang begitu jauh sana, dapat kaudengar ungkapan cinta walau tanpa kata. Kuharap
dari sana, dapat kau tahu bahwa aku membutuhkan sebenarnya.
Dari dunia yang berbeda,
kita berbicara lewat doa. Sebab aku yakin, Tuhan tak mungkin salah alamat saat
mengirimnya. Dan selalu ada waktu untuk menyalahkan keadaan, namun bukan itu
yang seharusnya kulakukan. Harus kucoba mengerti, bahwa ditinggalkan mungkin
adalah kesempatan untukku mencintaimu lebih dan lebih lagi. Maka sampai saat
ini selalu kukuatkan hati, siapa tahu Tuhan menitipkan makna baik di balik
sedihnya ditinggal pergi.
Mungkin kini aku
kehilangan, tapi setidaknya Tuhan menyelipkan sebuah kebahagiaan. Satu yang
kutahu, perpisahan ini tak menyisakan luka pada akhir perkisahan. Mungkin lebih
baik begini tanpa pesan, dan suatu hari di surga kita kembali lagi
dipertemukan. Mungkin benar aku kehilangan, tapi ini hanya perasaan sementara
manusia yang masih menginjak bumi. Sedangkan kamu, aku percaya sudah bersama
para malaikat di surga. Benarkan?
Entahlah, aku hanya butuh
kamu di sisi, dekat di mana nadi berdetak. Bukan di bawah tumpukan tanah
berhiaskan nisan. Semoga kamu masih bisa mendengar doa-doa yang senantiasa
kupanjatkan. Semoga semesta masih mengizinkan untuk kita saling mendekatkan.
Semoga aku semakin kuat untuk merelakan.
Di sini ada rindu rajin
bertamu, di sana ada kamu yang kudoakan selalu. Bukan hanya sepi yang kutitip
pada tangis, tapi juga cinta yang belum bisa terkikis. Aku masih belajar
membangun jembatan ikhlas, agar hati ini terhubung di manapun hatimu mampu
membalas. Aku masih belajar tutupi sepi, sebab bayangmu masih setia menghantui.
Jika memang kita harus dipisah sedemikian jauh, semoga tetap padamu kelak
cintaku diizinkan merengkuh.
Sisakan tempat untukku di surga bagian sebelah kananmu.Tunggu aku di situ, jadikan satu-satunya milikmu.